23 Desember 2009

SUMBAR INITIATIVE MEETING

Disampaikan oleh Dr. Romeo Rissal Pandjialam, Pemimpin Bank Indonesia Padang, Korwil Sumbar, Riau, Jambi & Kepri
Di Acara Sumbar Initiative Meeting
Padang 26 Nopember 2009

Gempa yang terjadi di Sumbar pada tanggal 30 September 2009 lalu telah mengakibatkan arah perekonomian Sumbar yang mulai membaik antara lain akibat krisis global, kembali berbalik arah. Berdasarkan perhitungan awal yang dilakukan BNPB bersama Bank Dunia, kerusakan dan kerugian diperkirakan mencapai Rp.21,6 trilyun. Infrastruktur mengalami kerusakan paling parah sebanyak 78% dengan sektor produkstif sebesar 11%.

Semua ini berimplikasi pada pentingnya peranan pemerintah daerah maupun pemangku kepentingan dalam merumuskan kebijakan strategi rekonstruksi dan rehabilitasi perekonomian dengan memperhatikan kearifan lokal (local wisdom). Untuk itu diperlukan strategi yang tepat untuk membangkitkan kembali perekonomian Sumbar, khusunya pelaku usaha dari kelompok swasta terkait iklim usaha, insentif yang diberikan maupun sumber dana.

Terkait hal tersebut di atas, telah diselenggarakan Sumbar Initiative Meeting pada tanggal 26 Nopember 2009 lalu di Shariah Training Centre, Lapau Gadang Gedung Bank Indonesia Muaro Padang. Acara ini merupakan forum pertemuan para pemangku kepentingan baik pemerintah pusat, pemda, lembaga keuangan, dunia usaha, serta akademisi untuk menghimpun pemikiran-pemikiran konstruktif dalam menyusun strategi rehabilitasi dan rekonstruksi Sumbar pasca bencana gempa.

Tujuan yang ingin diperoleh dengan digelarnya forum ini adalah :
1.Memperoleh kejelasan Action Plan pemerintah pusat dan kemungkinan peran perbankan di dalamnya
2.Memperoleh kejelasan kemungkinan peran MDBs, diantaranya G to G relations, special projects, dan private/business opportunities
3.Membahas kemungkinan didapatnya Direct Loan, Equaity Participation, dan Loan Guarantee
4.Pendukung sektor bisnis dan ekonomi rakyat

Materi yang disampaikan Bapak Romeo Rissal Pandjialam beserta tayangan lengkapnya dapat diunduh di Sumbar Initiative Meeting
Selengkapnya »

09 November 2009

Strategi Penerapan Ekonomi Syariah di Ranah Minang

Jika dikilas balik, sepanjang tahun 2009 ini banyak prestasi yang telah dicapai oleh ekonomi Sumbar, diantaranya pertumbuhan rata-rata diatas nasional, governance yang telah ditata oleh Pemda sejak Reformasi, kekuatan ekonomi rakyat yang semakin kokoh, keberhasilan ranah merangkul rantau, dan kemampuan Pemda membangun sistem untuk menghadapi globalisasi (sesuai pernyataan Presiden SBY bahwa ada 2 provinsi yaitu Sumbar dan Bali)

Bicara ekonomi sumbar maka seharusnya kita bicara mengenai Ekonomi berbasis jasa (service economy) atau EKONOMI PRO–RAKYAT. Juga bicara sistem ekonomi berbasis SHARIAH yang didukung oleh sistem ekonomi konvensional, sektor keuangan dan sektor riil dengan dukungan pemerintah dan berfokus pada sektor swasta, serta bicara KEUNGGULAN bukan kelemahan dan bicara PELUANG bukan ancaman. DPK Bank Shariah Sumbar hanya Rp. 548 milyar dan asset hanya 842 milyar setelah17 tahun bank shariah berada di Indonesia. Hal ini merupakan peluang yang sangat besar untuk memacu perbankan shariah di Sumatera Barat.

Namun fakta menunjukkan bahwa perbankan shariah di Sumbar selama ini lebih fokus di 3 kota saja yaitu Padang, Bukittinggi dan Payakumbuh. Hingga untuk selanjutnya perlu dipikirkan cara memperbaiki sebaran dan zona kantor cabang bank syariah ke daerah di luar kota-kota tersebut.

Untuk itu perlu memandang ekonomi shariah sebagai ilmu (BODY OF KNOWLEDGE) bukan sebuah doktrin. Karena adalah sebuah kerancuan berfikir yang sangat serius ketika ekonomi shariah disosokkan sebagai doktrin bukan sebagai ilmu pengetahuan. Ekonomi shariah adalah bidang ilmu untuk menyejahterakan umat. Sejarah telah menunjukkan, setelah 64 tahun kita mardeka ternyata sistem ekonomi kapitalis hanya menyejahterakan segelintir orang saja, sementara itu ekonomi sosialis malah gagal menyejahterakan rakyat.

Right attitude yang harus ditanamkan adalah :

1. Bank Konvensional tetap dibutuhkan karena sistem di dunia masih konvensional

2. Bila bank Shariah ingin maju dan berjaya di negeri ini maka persepsi bahwa keunggulannya adalah karena anti bunga perlu diluruskan. Jangan mem”branding” bank shariah sebagai Bank Halal, lalu bank konvensional sebagai Bank Riba. Ciptakan cara menjual yang santun,elegan dan menarik bagi masyarakat. Tonjolkan kehebatan sistem perbankan shariah. Dan yang paling penting JANGAN DIBENTURKAN KEDUA SISTEM ITU KARENA KEDUANYA BISA SALING MENOPANG.

Peluang yang bisa diambil sebagai suatu terobosan mencapai Sumbar Sejahtera adalah implementasikan ekonomi shariah yang sesungguhnya, sinergikan antara Shariah dan Konvensional, bangun perangkat ekonomi shariah, kembangkan dan terapkan ilmu organisasi dan manajemen berbasis shariah, kembangkan dan terapkan sistem manajemen SDM berbasis shariah. Semua itu penting, karena SULIT BAGI SUMBAR UNTUK SEJAHTERA TANPA SISTEM EKONOMI SHARIAH.

Hal-hal yang praktis bisa dilakukan oleh berbagai pihak yang memiliki kesempatan mensosialisasikan dan bahkan berbuat langsung untuk mendorong pengembangan ekonomi shariah pada tingkat kabupaten, kecamatan dan nagari. Mulai dari tingkat Camat dan perangkat Kecamatan terutama para KUA di kecamatan. Lalu para guru agama, ustads, ulama dan pemuda mesjid. Juga Wali Nagari, ketua KAN dan perangkat nagari. Tak ketinggalan PINBUK, BMT, LKMA, dan lembaga informal lainnya.

Tulisan lengkapnya dapat dibaca disini
Selengkapnya »

Strategy & Work Plans For West Sumatra’s Economic Recovery

Ketika saya ditugaskan sebagai Pemimpin Kantor Regional Bank Indonesia untuk Wilayah Sumatera Bagian Tengah pada 3 Agustus 2009, saya menyatakan dengan jelas kepada setiap orang bahwa motto tentang Sumatera Barat: "Menempatkan Sumbar Sebagai Daerah Percontohan Penerapan Ekonomi Syariah". (Positioning West Sumatra as Leading Model for Shariah Economy). Dan pengembangan kewirausahaan akan menjadi bagian yang sangat penting dalam perekonomian Sumatera Barat.

Untuk memperkenalkan ide tersebut, saya mengadakan sebuah seminar tentang topik tersebut pada 28 September 2009 di Padang dengan Gubernur Sumatera Barat, Bapak Gamawan Fauzi sebagai Keynote Speaker. Dalam pidatonya, Pak Gamawan mendukung ide saya. Setelah menghadiri seminar, saya mengundang Walikota Padang untuk secara resmi meluncurkan Lapau Gadang de Javaschebank Café sebagai Pusat Pelatihan Syariah, UKM Center, Café, tempat berkumpul dan bertemu bagi orang-orang (Lapau adalah kafe tradisional untuk Minangkabau), Pusat Info UKM dan peluncuran website
http://ekonomisumbar.net/
Kami mengadakan program satu minggu, 25-30 September, berjudul "Sapakan Baralek Gadang" (A Week of Celebration), di mana para pengusaha UKM mempromosikan produk mereka, bertemu dengan para bankir dan shariah bankir melalui program pelatihan dan sebagainya.

Tapi hari Rabu sore (30 September 2009) mengubah segalanya, setidaknya untuk sementara. Sore itu seharusnya menjadi acara penutupan Sapakan Baralek Gadang, saya berada di tengah-tengah memberikan sesi pelatihan kepada sekelompok pengusaha UKM, sebagian besar perempuan, yang telah diberi kesempatan untuk mempromosikan bisnis mereka sejak 25 September di Pusat Pelatihan Syari'ah. Pada pukul 17,16, gempa bumi 7,6 Skala Richter menghantam dan semua orang mencari tempat untuk menyelematkan diri. Namun setelah mengetahui semua pengusaha UKM baik-baik saja, saya bergegas ke kantor dan menemukan bahwa kantor saya sangat hancur. Sebagian besar rekan saya sedang duduk di rumput, beberapa bersandar di dinding, lelah, yang lain bersembunyi di samping mobil, pucat dan tampak begitu ketakutan. Tapi pada umumnya, mereka-baik-baik saja. Saya bergegas pulang. Dan ketika saya sampai di rumah, hanya 600 meter dari kantor saya, saya melihat rumah saya runtuh. Tapi istri saya aman. Dia telah duduk di sofa ruang tamu dan sholat hanya dua menit sebelum seluruh rumah rata dengan tanah. Alhamdulillah, Allah menyelamatkan dia untuk saya, bagi keluarga kami.

Rabu malam itu, kota Padang seperti tempat angker. Gelap, tidak ada air, tidak ada listrik, tidak ada komunikasi sama sekali dan tubuh tidak berani tidur di dalam rumah. Seluruh situasi ini persis seperti kota yang dilanda perang. Puluhan ambulans lewat di depan rumah kami, terdengar seperti sebuah kegilaan malam bagai sebuah kota terkepung dalam zona perang. Jadi malam itu, tak ada yang bisa saya lakukan, hanya berdoa agar pagi datang lebih cepat.

Sekitar jam 3 dinihari, saya dan istri memutuskan untuk pergi mengelilingi kota untuk mengamati kerusakan dan juga untuk mencari sesuatu untuk dimakan karena kami tidak makan siang maupun makan malam sehari sebelumnya. Namun ternyata setiap hotel yang kami kunjungi rata dengan tanah atau rusak parah. Malam itu saya dan istri bertekad bahwa kami akan sukarela membantu orang lain dan memutuskan untuk mengubah rumah kami menjadi posko bantuan pada hari berikutnya. Kami percaya bahwa ada ribuan korban gempa di kota Padang dan sekitarnya yang membutuhkan banyak bantuan.

Pertama dilakukan: Operasional Perbankan

Pagi hari Kamis, saya mengumpulkan beberapa bankir untuk menyusun strategi manajemen kas. Kami menemukan sebuah ide terobosan. Kami menggunakan semua ATM yang didukung oleh mesin diesel, hingga pada jam 10 pagi, beberapa ATM telah beroperasi. Sepanjang hari tim saya bekerja sangat keras untuk transaksi non tunai dan Alhamdulillah dibantu oleh rekan-rekan saya dari kantor pusat, bankir lokal, Telkom, perusahaan jasa dan banyak lainnya, sekitar siang Jumat, sistem pembayaran non tunai di Padang dapat dioperasikan.

Saya juga menyiarkan harapan saya melalui media bahwa bank seharusnya juga secara sukarela membantu para korban. Saya juga mengirim permintaan kepada kantor pusat Bank Indonesia untuk meminta bank menawarkan semacam kebijakan seperti restrukturisasi kredit, credit haircuts, atau skema baru kredit. Presiden Direktur CIMB Niaga, Arwin Rasyid adalah orang pertama yang datang ke kantor saya dan menyatakan ia sudah memutuskan untuk menurunkan suku bunga kredit dan saya berharap bahwa bank-bank lain akan mengikuti.

Posko Pusat Bantuan

Pada hari Jumat, hari kedua setelah gempa, saya meletakkan spanduk di depan rumah saya yang berjudul: "Posko Gempa Sumbar, Bank Indonesia". Untuk memulainya, kami menggunakan dana Bank Indonesia CSR yang terbatas untuk memesan makanan dan obat-obatan dari beberapa kota di Sumatera Barat. Yah, percaya atau tidak, orang-orang datang untuk mengirimkan barang-barang secara sukarela. Kami menerima dua truk dari Pekanbaru berisi air mineral, beras, mie instan, pakaian dan obat-obatan.

Pada hari Sabtu, tiga truk penuh bantuan datang dari komunitas perbankan Sumatera Utara, dan kemudian tak terhitung truk dan minibus dari Jakarta, Riau, Jambi dan lain-lain. Dan semangat kerja tim saya itu bertambah dengan kehadiran tim siaran CNN yang membuat studio mini di rumah saya yang rusak. Kami juga membuka Layanan Medis di halaman rumah saya, dengan hanya mempekerjakan satu dokter medis sebagai seorang sukarelawan. Dalam waktu 3 hari, kami telah kedatangan 14 dokter dari seluruh penjuru sebagai relawan, bahkan dari kota-kota lain, dan sejak hari ke-4, tercatat sudah 17 sukarelawan dokter medis.

Singkat cerita, saya merasa sangat beruntung bahwa kami memiliki kesempatan besar untuk membantu banyak orang. Saya pribadi pergi bolak-balik ke hampir semua desa yang terkena gempa bumi di Padang, Pariaman dan Agam. Saya tidak tahu dari mana saya mendapatkan semua energi itu. Tim kami, saya dan tim CNN merupakan salah satu yang pertama sampai Tandikek di Pariaman, Jorong Bancah Dama, Malalak dimana beberapa kampung tenggelam oleh tanah longsor. Desa-desa tersebut benar-benar "menghilang".

Posko Bangun Sumbar, Pusat Pemulihan Ekonomi Sumatera Barat

Tepat pada saat saya dan istri saya berada di antara semua kerumunan penduduk desa di Nagari Toboh Ketek dan kemudian Sungai Ibuah, Pariaman, saya tahu saya harus melakukan sesuatu. Sebuah gagasan seketika, saya memutuskan untuk mengubah Posko Gempa Sumbar ke Posko Bangun Sumbar. Di sebuah toko kecil, saya menyebutnya "Warung Deasy" saya menyatakan niat saya kepada Prof Ismet Fanany dari Dicken University Australia yang datang bersama kami membagikan makanan kepada para korban. Cukup menarik, Dr Ismet juga sependapat. Dan ini juga sejalan dengan program serupa rekan saya yang lain, Dr Syafruddin Karimi dari Universitas Andalas. Kami kemudian dengan khidmat menyatakan untuk memulai Bangun Posko Sumbar.

Ada tiga hal yang muncul seketika dibenak saya. Pertama bagaimana untuk membantu membangun rumah tahan gempa untuk para korban. Kedua bagaimana membantu para korban untuk mengembalikan kehidupannya dan Ketiga kami juga berpikir bagaimana untuk membantu pemerintah Sumatera Barat merumuskan Strategi Pemulihan Ekonomi.

Dalam strategi tersebut mungkin termasuk (i) strategi untuk membangun infrastruktur seperti jalan, hotel, pasar tradisional, pusat bisnis, sekolah dan universitas dan sejenisnya, dan (ii) strategi tentang bagaimana perbankan memfasilitasi pembangunan kembali perekonomian Sumatera Barat, (iii) bagaimana untuk mendapatkan partisipasi lembaga-lembaga internasional dan terakhir (iv) kebutuhan untuk merumuskan sistem ekonomi di masa depan, termasuk strategi untuk menerapkan sistem ekonomi syariah untuk menghidupkan kembali Sumatera Barat masa depan.

Tulisan lengkap dapat di download di West Sumatera-Strategy for Economic Recovery atau Strategi dan Rencana Pemulihan Ekonomi Sumbar

Selengkapnya »

14 September 2009

Prospek Ekonomi dan Perbankan Sumatera Barat

Sejak krisis global melanda, dan memasuki triwulan III 2009 ini, pertumbuhan ekonomi nasional menunjukkan perlambatan dari 4,4% pada triwulan I-2009 menjadi 4,0% pada triwulan II-2009. Faktor eksternal yang mempengaruhinya antara lain kontraksi ekonomi global masih berlanjut, penurunan harga komoditas global cenderung tertahan, dan Inflasi global masih dalam tren menurun. Sedangkan faktor internalnya adalah stimulus fiskal (terutama di daerah) masih tertahan, dan perkembangan investasi belum bergairah.

Kondisi ekonomi terkini dinilai masih melambat. Ini bisa dilihat dari stabilitas Makroekonomi, yaitu :
-Inflasi: masih terkendali dan terus menurun. Lebih rendah dari rata-rata historis. Inflasi yoy (Jul’09) 2,71%.
–BI Rate telah diturunkan sebanyak delapan kali sejak Des 08 menjadi 6,50% (Agustus 09)
-Nilai tukar: masih bergerak stabil
Disamping itu, membaiknya kondisi makroekonomi menunjukkan pertumbuhan ke arah positif. Masih menariknya imbal hasil dan kondisi sosial-politik relatif stabil cukup membuat negara mampu menghasilkan cadangan devisa mencapai USD57,42 miliar

Kondisi Perekonomian Sumatera Barat
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat terus melambat, dari 5,82% menjadi 5,11% (y-o-y). Rebound harga minyak dan komoditas belum mengembalikan ekspor Sumbar. Tren ekspor Sumbar secara nilai masih menunjukkan tren yang menurun. Sektor pertanian melambat . Kinerja subsektor perkebunan masih tertahan. Di tingkat perusahaan, nilai penjualan dan volume produksi CPO PT Bakrie Sumatera Plantation yang sebagian produksinya dari Kab. Pasaman Barat menunjukkan penurunan sejak awal triwulan III-2008. Nilai Tukar Petani (NTP) sepanjang bulan April-Juni 2009 juga bergerak dalam arah penurunan. Sedangkan sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja terbesar di Sumbar (46,55%).

Sejalan dengan pergerakan inflasi nasional, inflasi tahunan Kota Padang mengalami penurunan. Perlambatan inflasi dipicu oleh trend penurunan harga komoditas dan energi. Pertumbuhan pengumpulan dana pihak ketiga (DPK) oleh bank umum masih tertahan meskipun perkembangan inflasi terus menurun. Penyaluran kredit oleh bank umum masih belum bergairah. Risiko kredit bank umum di Sumbar mengalami peningkatan, namun masih berada di bawah batas aman yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5% FDR bank umum syariah di Sumbar mencapai 155,54%(Juli 09). Dana yang ada tidak mencukupi pemenuhan kredit di wilayah Sumbar.

Setelah dilakukan identifikasi, ternyata beberapa komoditi telah dibiayai seperti karet, sapi, jagung, dan ikan kerapu. Bahkan sejak 2007 9 penelitian SKU telah dilakukan mengenai ikan kerapu di Pessel, sapi potong di Pasaman dan Tanah Datar, kakao di padang Pariaman, karet di Sijunjung dan Pasaman, ikan lele asap di Pasbar, jagung dan pakan ikan di Agam. Hasil penelitian telah disosialisasikan kepada perbankan dan pemerintah daerah. Namun, bank belum melirik processed agricultural product.

Strategi yang bisa diterapkan dapat berbentuk linkage program dan pengembangan cluster bisuness. Linkage program antara perbankan shariah dengan BMT, LKMS dan PINBUK di Sumatera Barat. Pengembangan cluster dicari yang waktu pencapaian target tidak terlalu lama (quick win).

Selain itu juga perlu adanya pengembangan revitalisasi perkebunan ke beberapa daerah potensial lainnya. Memfasilitasi berbagai pertemuan dengan dinas terkait, dan melakukan berbagai penelitian studi kelayakan usaha terkait dengan program pengembangan revitalisasi perkebunan di Sumbar.

Dari segi Perbankan, strategi yang dapat dikembangkan adalah sistem perekonomian syariah. Dengan dukungan semua pihak, diharapkan sistem syariah ini akan menjadi solusi yg mumpuni demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat.

Tulisan lengkap tentang materi ini dapat dilihat di link ini : Prospek Ekonomi dan Perbankan
Selengkapnya »

04 September 2009

Membumikan Sistem Ekonomi Shariah (Part I)

Janji itu…… Menyejahterakan Rakyat Banyak

Ketika para founding fathers negeri ini menjanjikan “kesejahteraan bagi seluruh rakyat”, tentunya para pejuang itu meyakini bahwa nawaitu itu sungguh memungkinkan untuk dicapai. Namun p
erjalanan bangsa yang sudah cukup panjang ini belum memperlihatkan tanda-tanda akan kesejahteraan rakyat banyak. Rakyat kecil di desa-desa, di pesisir pantai, rakyat buruh dan rakyat di pasar-pasar tradisional masih menjalani kehidupan marginal. Masih jauh panggang dari api. Jumlah rakyat miskin dan pengangguran secara nasional tetap menggelantungi kehidupan bangsa. Di negeri yang dijuluki dunia sebagai sarang koruptor nomer wahid di dunia. Sungguh membuat hati ini sangat miris. Menabrak pagar-pagar kesabaran kita. Dan sungguh sesuatu yang sangat ironis.

Setelah melalui kajian dan perenungan yang cukup panjang, saya menjadi semakin yakin bahwa sesungguhnya akan sangat sulit mencapai “kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia” itu tanpa suatu terobosan yang tersistem. Juga, tanpa suatu kesungguhan (manjadda wajadda). Selama ini kita malah membentuk kelompok borjuis tanpa fondasi kerakyatan. Terbukti ketika ada masalah di negeri ini, para capitalist itu hengkang dari bumi yang mereka gunakan hanya untuk menggeruk kekayaan. Mereka memilih status buron. Teori ekonomi konvensional dengan prinsip trickle down effect jelas tak berlaku di negeri ini. Ketika tercipta sekelompok orang kaya (Capitalists) karena kebijakan pemerintah yang memihak mereka dan perbankan nasional memanjakan mereka, tetesan kekayaan mereka tak kunjung turun kepada rakyat. Hingga rakyat banyak di pedesaan tetap miskin.

Karena Rakyat Kecil Bukanlah Kaum Lemah

Bangsa ini harus menghentikan persepsi bahwa rakyat banyak ini adalah kaum yang lemah. Kaum yang harus dikasihani. Rakyat itu adalah potensi besar yang belum digarap secara baik dan benar. Oleh sebab itu, saya meyakini bahwa bangsa ini butuh sebuah terobosan yang tersistem (breakthrough). Tak mungkin lagi rakyat dipersepsikan sebagai kaum lemah dengan berbagai percobaan hanya diatas landasan ekonomi konvensional barat yang sesungguhnya tak berakar pada ekonomi kerakyatan. Untuk sistem perekonomian daerah yang kekuatannya ada di desa-desa, di pertanian, peternakan, di pesisir pantai dan di pasar-pasar tradisional, kita butuh sistem ekonomi yang betul-betul berbasiskan rakyat.

Terobosan yang diperlukan adalah menerapkan konsep ekonomi kerakyatan yang sesungguhnya, disamping tetap menggunakan konsep ekonomi konvensional untuk membangun economic environment yang kondusif. Konsep itu adalah konsep Ekonomi Shariah. Saya mengimani sistem ekonomi shariah yang sesungguhnya akan mampu mengikis kemiskinan dan menurunkan jumlah pengangguran di negeri ini dan membangun fondasi kesejahteraan rakyat banyak bila diterapkan secara bersungguh dengan 5 (lima) persyaratan:

Pertama, implementasikan konsep ekonomi shariah yang sesungguhnya, yaitu pemikiran shariah yang mengutamakan penggerakan kemampuan umat berusaha untuk mencapai kehidupan yang sejahtera berlandaskan keadilan

Kedua, biarkan ekonomi shariah berjalan seiring dengan ekonomi konvensional, dan jangan diciptakan persepsi perang terhadap sistem yang sudah eksis dan mapan itu.

Ketiga, kita membangun sarana dan prasarana sistem perekonomian shariah secara bersungguh-sungguh. Secara kaffah. Membangun Shariah economic tools.

Keempat, kita harus membangun fondasi Organisasi dan Manajemen shariah.

Kelima, konsep ekonomi shariah selama ini tidak didukung oleh ilmu Manajemen Sumberdaya Manusia berbasiskan nilai-nilai shariah.

Perlu Pemahaman Filosofi Ekonomi Shariah Secara Kaffah

Mengapa saya mengimani bahwa sistem perekonomian shariah adalah sistem yang sangat tepat untuk ekonomi kerakyatan dan untuk membangun perekonomian Sumatera Barat pada khususnya? Karena saya mengimani bahwa ekonomi dan perbankan shariah memiliki berbagai keunggulan baik secara filosofis dan pemikirannya maupun pada praktek dan kaitannya dengan kultur kita.

Sistem perekonomian shariah melihat rakyat sebagai potensi yang besar. Membangun sebuah kesejahteraan tidak mungkin hanya dengan cara menciptakan 20% rakyat menguasai ekonomi. Rakyat pada tingkat manapun adalah potensi dan kekuatan yang harus dikembangkan tentunya. Untuk pengembangan itu perlu sistem dan perlu total action.

Konsep perekonomian shariah adalah total action. Mutlak harus ada kebersungguhan. Harus ada alignment mulai dari filosofi, kebijakan dan praktek di lapangan. Tidak separoh hati. Mari kita simak kembali bagaimana kesungguhan Nabi Muhammad S.A.W. membangun ekonomi. Mulai dari membangun akidah, memberi contoh langsung dalam berdagang sampai kepada turun kepasar, masuk ke pasar-pasar tradisional dalam rangka membangun kemampuan umat berdagang dan untuk mengontrol prilaku bisnis para pedagang, dan bahkan menyuapi para peminta-minta Yahudi dan sebagainya dalam upaya memberikan contoh nyata kepada ummat

Implikasi Pemikiran tentang ekonomi shariah

Dunia pendidikan

Implikasi pemikian ekonomi syariah terhadap pendidikan diantaranya perlu suatu perumusan konsep “menyejahterakan rakyat banyak” sebagai ruhnya sistem ekonomi shariah, bukan hanya sekedar mengakumulasi kekayaan ekonomi seperti layaknya dalam pemikiran ekonomi konvensional. Ikut membantu menipiskan persepsi masyarakat pada umumnya dan para pelaku ekonomi shariah pada khususnya bahwa ekonomi dan perbankan shariah itu bukanlah ilmu perang terhadap bunga dan riba. Juga membantu meluruskan pemikiran sebagian masyarakat, khususnya pemikir dan pelaku ekonomi shariah bahwa kegiatan ekonomi dan perbankan konvensional itu haram dan harus dijauhi. Selanjutnya mengembangkan konsep, strategi, metodologi serta langkah-langkah untuk membangun kemampuan ummat (capacity building) sesuai konsep ekonomi shariah.

Perbankan

Bila lebih dicermati, sejak berdirinya bank shariah pertama tahun 1992 sampai sepuluh tahun kemudian yaitu tahun 2002, perkembangannya boleh dikatakan “nyaris tak terdengarkan”. Dan sampai Oktober 2007, mulai berkembang, namun Share-nya secara nasional baru hanya 1,4 %, Di bawah 2% setelah 17 tahun. untuk itu, para ilmuwan dan pemikir ekonomi shariah perlu berlapang dada dan membuka hati untuk membahas filosofi dan konsep serta strategi pengembangan sistem perekonomian shariah sebagai sebuah body of knowledge. Brand image-nya harus fokus pada pembangunan kemampuaan berbisnis, penciptaan usaha dan usahawan dengan pendekatan yang ramah (friendly) dan sesuai dengan kebutuhan ummat. Para bankir shariah diharapkan lebih bersungguh membantu pengembangan kemampuan (capacity building) ummat agar mampu membangun dan mengembangkan usaha dan mencetak wirausahawan dari bahan baku anak bangsa terbaik bernama Rakyat Minang. Bukan hanya menunggu dan membiayai penguasaha yang sudah “jadi” seperti perbankan konvensional. Semoga!

Makalah ini dipresentasikan pada Diskusi Ekonomi Islam: Membumikan Ekonomi Shariah di Sumatera Barat”, Fakultas Ekonomi, Universitas Andalas, 31 September 2009

Tulisan lengkapnya dapat didownload di link ini : Membumikan ekonomi shariah I

Selengkapnya »