
Kondisi ekonomi terkini dinilai masih melambat. Ini bisa dilihat dari stabilitas Makroekonomi, yaitu :
-Inflasi: masih terkendali dan terus menurun. Lebih rendah dari rata-rata historis. Inflasi yoy (Jul’09) 2,71%.
–BI Rate telah diturunkan sebanyak delapan kali sejak Des 08 menjadi 6,50% (Agustus 09)
-Nilai tukar: masih bergerak stabil
Disamping itu, membaiknya kondisi makroekonomi menunjukkan pertumbuhan ke arah positif. Masih menariknya imbal hasil dan kondisi sosial-politik relatif stabil cukup membuat negara mampu menghasilkan cadangan devisa mencapai USD57,42 miliar
-Inflasi: masih terkendali dan terus menurun. Lebih rendah dari rata-rata historis. Inflasi yoy (Jul’09) 2,71%.
–BI Rate telah diturunkan sebanyak delapan kali sejak Des 08 menjadi 6,50% (Agustus 09)
-Nilai tukar: masih bergerak stabil
Disamping itu, membaiknya kondisi makroekonomi menunjukkan pertumbuhan ke arah positif. Masih menariknya imbal hasil dan kondisi sosial-politik relatif stabil cukup membuat negara mampu menghasilkan cadangan devisa mencapai USD57,42 miliar
Kondisi Perekonomian Sumatera Barat
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat terus melambat, dari 5,82% menjadi 5,11% (y-o-y). Rebound harga minyak dan komoditas belum mengembalikan ekspor Sumbar. Tren ekspor Sumbar secara nilai masih menunjukkan tren yang menurun. Sektor pertanian melambat . Kinerja subsektor perkebunan masih tertahan. Di tingkat perusahaan, nilai penjualan dan volume produksi CPO PT Bakrie Sumatera Plantation yang sebagian produksinya dari Kab. Pasaman Barat menunjukkan penurunan sejak awal triwulan III-2008. Nilai Tukar Petani (NTP) sepanjang bulan April-Juni 2009 juga bergerak dalam arah penurunan. Sedangkan sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja terbesar di Sumbar (46,55%).
Sejalan dengan pergerakan inflasi nasional, inflasi tahunan Kota Padang mengalami penurunan. Perlambatan inflasi dipicu oleh trend penurunan harga komoditas dan energi. Pertumbuhan pengumpulan dana pihak ketiga (DPK) oleh bank umum masih tertahan meskipun perkembangan inflasi terus menurun. Penyaluran kredit oleh bank umum masih belum bergairah. Risiko kredit bank umum di Sumbar mengalami peningkatan, namun masih berada di bawah batas aman yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5% FDR bank umum syariah di Sumbar mencapai 155,54%(Juli 09). Dana yang ada tidak mencukupi pemenuhan kredit di wilayah Sumbar.
Setelah dilakukan identifikasi, ternyata beberapa komoditi telah dibiayai seperti karet, sapi, jagung, dan ikan kerapu. Bahkan sejak 2007 9 penelitian SKU telah dilakukan mengenai ikan kerapu di Pessel, sapi potong di Pasaman dan Tanah Datar, kakao di padang Pariaman, karet di Sijunjung dan Pasaman, ikan lele asap di Pasbar, jagung dan pakan ikan di Agam. Hasil penelitian telah disosialisasikan kepada perbankan dan pemerintah daerah. Namun, bank belum melirik processed agricultural product.
Strategi yang bisa diterapkan dapat berbentuk linkage program dan pengembangan cluster bisuness. Linkage program antara perbankan shariah dengan BMT, LKMS dan PINBUK di Sumatera Barat. Pengembangan cluster dicari yang waktu pencapaian target tidak terlalu lama (quick win).
Selain itu juga perlu adanya pengembangan revitalisasi perkebunan ke beberapa daerah potensial lainnya. Memfasilitasi berbagai pertemuan dengan dinas terkait, dan melakukan berbagai penelitian studi kelayakan usaha terkait dengan program pengembangan revitalisasi perkebunan di Sumbar.
Dari segi Perbankan, strategi yang dapat dikembangkan adalah sistem perekonomian syariah. Dengan dukungan semua pihak, diharapkan sistem syariah ini akan menjadi solusi yg mumpuni demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat.
Tulisan lengkap tentang materi ini dapat dilihat di link ini : Prospek Ekonomi dan Perbankan
0 komentar:
Posting Komentar
Apa komentar Anda mengenai tulisan di atas?