09 November 2009

Strategi Penerapan Ekonomi Syariah di Ranah Minang

Jika dikilas balik, sepanjang tahun 2009 ini banyak prestasi yang telah dicapai oleh ekonomi Sumbar, diantaranya pertumbuhan rata-rata diatas nasional, governance yang telah ditata oleh Pemda sejak Reformasi, kekuatan ekonomi rakyat yang semakin kokoh, keberhasilan ranah merangkul rantau, dan kemampuan Pemda membangun sistem untuk menghadapi globalisasi (sesuai pernyataan Presiden SBY bahwa ada 2 provinsi yaitu Sumbar dan Bali)

Bicara ekonomi sumbar maka seharusnya kita bicara mengenai Ekonomi berbasis jasa (service economy) atau EKONOMI PRO–RAKYAT. Juga bicara sistem ekonomi berbasis SHARIAH yang didukung oleh sistem ekonomi konvensional, sektor keuangan dan sektor riil dengan dukungan pemerintah dan berfokus pada sektor swasta, serta bicara KEUNGGULAN bukan kelemahan dan bicara PELUANG bukan ancaman. DPK Bank Shariah Sumbar hanya Rp. 548 milyar dan asset hanya 842 milyar setelah17 tahun bank shariah berada di Indonesia. Hal ini merupakan peluang yang sangat besar untuk memacu perbankan shariah di Sumatera Barat.

Namun fakta menunjukkan bahwa perbankan shariah di Sumbar selama ini lebih fokus di 3 kota saja yaitu Padang, Bukittinggi dan Payakumbuh. Hingga untuk selanjutnya perlu dipikirkan cara memperbaiki sebaran dan zona kantor cabang bank syariah ke daerah di luar kota-kota tersebut.

Untuk itu perlu memandang ekonomi shariah sebagai ilmu (BODY OF KNOWLEDGE) bukan sebuah doktrin. Karena adalah sebuah kerancuan berfikir yang sangat serius ketika ekonomi shariah disosokkan sebagai doktrin bukan sebagai ilmu pengetahuan. Ekonomi shariah adalah bidang ilmu untuk menyejahterakan umat. Sejarah telah menunjukkan, setelah 64 tahun kita mardeka ternyata sistem ekonomi kapitalis hanya menyejahterakan segelintir orang saja, sementara itu ekonomi sosialis malah gagal menyejahterakan rakyat.

Right attitude yang harus ditanamkan adalah :

1. Bank Konvensional tetap dibutuhkan karena sistem di dunia masih konvensional

2. Bila bank Shariah ingin maju dan berjaya di negeri ini maka persepsi bahwa keunggulannya adalah karena anti bunga perlu diluruskan. Jangan mem”branding” bank shariah sebagai Bank Halal, lalu bank konvensional sebagai Bank Riba. Ciptakan cara menjual yang santun,elegan dan menarik bagi masyarakat. Tonjolkan kehebatan sistem perbankan shariah. Dan yang paling penting JANGAN DIBENTURKAN KEDUA SISTEM ITU KARENA KEDUANYA BISA SALING MENOPANG.

Peluang yang bisa diambil sebagai suatu terobosan mencapai Sumbar Sejahtera adalah implementasikan ekonomi shariah yang sesungguhnya, sinergikan antara Shariah dan Konvensional, bangun perangkat ekonomi shariah, kembangkan dan terapkan ilmu organisasi dan manajemen berbasis shariah, kembangkan dan terapkan sistem manajemen SDM berbasis shariah. Semua itu penting, karena SULIT BAGI SUMBAR UNTUK SEJAHTERA TANPA SISTEM EKONOMI SHARIAH.

Hal-hal yang praktis bisa dilakukan oleh berbagai pihak yang memiliki kesempatan mensosialisasikan dan bahkan berbuat langsung untuk mendorong pengembangan ekonomi shariah pada tingkat kabupaten, kecamatan dan nagari. Mulai dari tingkat Camat dan perangkat Kecamatan terutama para KUA di kecamatan. Lalu para guru agama, ustads, ulama dan pemuda mesjid. Juga Wali Nagari, ketua KAN dan perangkat nagari. Tak ketinggalan PINBUK, BMT, LKMA, dan lembaga informal lainnya.

Tulisan lengkapnya dapat dibaca disini
Selengkapnya »

Strategy & Work Plans For West Sumatra’s Economic Recovery

Ketika saya ditugaskan sebagai Pemimpin Kantor Regional Bank Indonesia untuk Wilayah Sumatera Bagian Tengah pada 3 Agustus 2009, saya menyatakan dengan jelas kepada setiap orang bahwa motto tentang Sumatera Barat: "Menempatkan Sumbar Sebagai Daerah Percontohan Penerapan Ekonomi Syariah". (Positioning West Sumatra as Leading Model for Shariah Economy). Dan pengembangan kewirausahaan akan menjadi bagian yang sangat penting dalam perekonomian Sumatera Barat.

Untuk memperkenalkan ide tersebut, saya mengadakan sebuah seminar tentang topik tersebut pada 28 September 2009 di Padang dengan Gubernur Sumatera Barat, Bapak Gamawan Fauzi sebagai Keynote Speaker. Dalam pidatonya, Pak Gamawan mendukung ide saya. Setelah menghadiri seminar, saya mengundang Walikota Padang untuk secara resmi meluncurkan Lapau Gadang de Javaschebank Café sebagai Pusat Pelatihan Syariah, UKM Center, Café, tempat berkumpul dan bertemu bagi orang-orang (Lapau adalah kafe tradisional untuk Minangkabau), Pusat Info UKM dan peluncuran website
http://ekonomisumbar.net/
Kami mengadakan program satu minggu, 25-30 September, berjudul "Sapakan Baralek Gadang" (A Week of Celebration), di mana para pengusaha UKM mempromosikan produk mereka, bertemu dengan para bankir dan shariah bankir melalui program pelatihan dan sebagainya.

Tapi hari Rabu sore (30 September 2009) mengubah segalanya, setidaknya untuk sementara. Sore itu seharusnya menjadi acara penutupan Sapakan Baralek Gadang, saya berada di tengah-tengah memberikan sesi pelatihan kepada sekelompok pengusaha UKM, sebagian besar perempuan, yang telah diberi kesempatan untuk mempromosikan bisnis mereka sejak 25 September di Pusat Pelatihan Syari'ah. Pada pukul 17,16, gempa bumi 7,6 Skala Richter menghantam dan semua orang mencari tempat untuk menyelematkan diri. Namun setelah mengetahui semua pengusaha UKM baik-baik saja, saya bergegas ke kantor dan menemukan bahwa kantor saya sangat hancur. Sebagian besar rekan saya sedang duduk di rumput, beberapa bersandar di dinding, lelah, yang lain bersembunyi di samping mobil, pucat dan tampak begitu ketakutan. Tapi pada umumnya, mereka-baik-baik saja. Saya bergegas pulang. Dan ketika saya sampai di rumah, hanya 600 meter dari kantor saya, saya melihat rumah saya runtuh. Tapi istri saya aman. Dia telah duduk di sofa ruang tamu dan sholat hanya dua menit sebelum seluruh rumah rata dengan tanah. Alhamdulillah, Allah menyelamatkan dia untuk saya, bagi keluarga kami.

Rabu malam itu, kota Padang seperti tempat angker. Gelap, tidak ada air, tidak ada listrik, tidak ada komunikasi sama sekali dan tubuh tidak berani tidur di dalam rumah. Seluruh situasi ini persis seperti kota yang dilanda perang. Puluhan ambulans lewat di depan rumah kami, terdengar seperti sebuah kegilaan malam bagai sebuah kota terkepung dalam zona perang. Jadi malam itu, tak ada yang bisa saya lakukan, hanya berdoa agar pagi datang lebih cepat.

Sekitar jam 3 dinihari, saya dan istri memutuskan untuk pergi mengelilingi kota untuk mengamati kerusakan dan juga untuk mencari sesuatu untuk dimakan karena kami tidak makan siang maupun makan malam sehari sebelumnya. Namun ternyata setiap hotel yang kami kunjungi rata dengan tanah atau rusak parah. Malam itu saya dan istri bertekad bahwa kami akan sukarela membantu orang lain dan memutuskan untuk mengubah rumah kami menjadi posko bantuan pada hari berikutnya. Kami percaya bahwa ada ribuan korban gempa di kota Padang dan sekitarnya yang membutuhkan banyak bantuan.

Pertama dilakukan: Operasional Perbankan

Pagi hari Kamis, saya mengumpulkan beberapa bankir untuk menyusun strategi manajemen kas. Kami menemukan sebuah ide terobosan. Kami menggunakan semua ATM yang didukung oleh mesin diesel, hingga pada jam 10 pagi, beberapa ATM telah beroperasi. Sepanjang hari tim saya bekerja sangat keras untuk transaksi non tunai dan Alhamdulillah dibantu oleh rekan-rekan saya dari kantor pusat, bankir lokal, Telkom, perusahaan jasa dan banyak lainnya, sekitar siang Jumat, sistem pembayaran non tunai di Padang dapat dioperasikan.

Saya juga menyiarkan harapan saya melalui media bahwa bank seharusnya juga secara sukarela membantu para korban. Saya juga mengirim permintaan kepada kantor pusat Bank Indonesia untuk meminta bank menawarkan semacam kebijakan seperti restrukturisasi kredit, credit haircuts, atau skema baru kredit. Presiden Direktur CIMB Niaga, Arwin Rasyid adalah orang pertama yang datang ke kantor saya dan menyatakan ia sudah memutuskan untuk menurunkan suku bunga kredit dan saya berharap bahwa bank-bank lain akan mengikuti.

Posko Pusat Bantuan

Pada hari Jumat, hari kedua setelah gempa, saya meletakkan spanduk di depan rumah saya yang berjudul: "Posko Gempa Sumbar, Bank Indonesia". Untuk memulainya, kami menggunakan dana Bank Indonesia CSR yang terbatas untuk memesan makanan dan obat-obatan dari beberapa kota di Sumatera Barat. Yah, percaya atau tidak, orang-orang datang untuk mengirimkan barang-barang secara sukarela. Kami menerima dua truk dari Pekanbaru berisi air mineral, beras, mie instan, pakaian dan obat-obatan.

Pada hari Sabtu, tiga truk penuh bantuan datang dari komunitas perbankan Sumatera Utara, dan kemudian tak terhitung truk dan minibus dari Jakarta, Riau, Jambi dan lain-lain. Dan semangat kerja tim saya itu bertambah dengan kehadiran tim siaran CNN yang membuat studio mini di rumah saya yang rusak. Kami juga membuka Layanan Medis di halaman rumah saya, dengan hanya mempekerjakan satu dokter medis sebagai seorang sukarelawan. Dalam waktu 3 hari, kami telah kedatangan 14 dokter dari seluruh penjuru sebagai relawan, bahkan dari kota-kota lain, dan sejak hari ke-4, tercatat sudah 17 sukarelawan dokter medis.

Singkat cerita, saya merasa sangat beruntung bahwa kami memiliki kesempatan besar untuk membantu banyak orang. Saya pribadi pergi bolak-balik ke hampir semua desa yang terkena gempa bumi di Padang, Pariaman dan Agam. Saya tidak tahu dari mana saya mendapatkan semua energi itu. Tim kami, saya dan tim CNN merupakan salah satu yang pertama sampai Tandikek di Pariaman, Jorong Bancah Dama, Malalak dimana beberapa kampung tenggelam oleh tanah longsor. Desa-desa tersebut benar-benar "menghilang".

Posko Bangun Sumbar, Pusat Pemulihan Ekonomi Sumatera Barat

Tepat pada saat saya dan istri saya berada di antara semua kerumunan penduduk desa di Nagari Toboh Ketek dan kemudian Sungai Ibuah, Pariaman, saya tahu saya harus melakukan sesuatu. Sebuah gagasan seketika, saya memutuskan untuk mengubah Posko Gempa Sumbar ke Posko Bangun Sumbar. Di sebuah toko kecil, saya menyebutnya "Warung Deasy" saya menyatakan niat saya kepada Prof Ismet Fanany dari Dicken University Australia yang datang bersama kami membagikan makanan kepada para korban. Cukup menarik, Dr Ismet juga sependapat. Dan ini juga sejalan dengan program serupa rekan saya yang lain, Dr Syafruddin Karimi dari Universitas Andalas. Kami kemudian dengan khidmat menyatakan untuk memulai Bangun Posko Sumbar.

Ada tiga hal yang muncul seketika dibenak saya. Pertama bagaimana untuk membantu membangun rumah tahan gempa untuk para korban. Kedua bagaimana membantu para korban untuk mengembalikan kehidupannya dan Ketiga kami juga berpikir bagaimana untuk membantu pemerintah Sumatera Barat merumuskan Strategi Pemulihan Ekonomi.

Dalam strategi tersebut mungkin termasuk (i) strategi untuk membangun infrastruktur seperti jalan, hotel, pasar tradisional, pusat bisnis, sekolah dan universitas dan sejenisnya, dan (ii) strategi tentang bagaimana perbankan memfasilitasi pembangunan kembali perekonomian Sumatera Barat, (iii) bagaimana untuk mendapatkan partisipasi lembaga-lembaga internasional dan terakhir (iv) kebutuhan untuk merumuskan sistem ekonomi di masa depan, termasuk strategi untuk menerapkan sistem ekonomi syariah untuk menghidupkan kembali Sumatera Barat masa depan.

Tulisan lengkap dapat di download di West Sumatera-Strategy for Economic Recovery atau Strategi dan Rencana Pemulihan Ekonomi Sumbar

Selengkapnya »