19 Maret 2010

PinjamanKu: Menjangkau Rakyat Secara Nyata

"Sadiah, sadiah bana", itulah perasaan jujur yang muncul ketika bertemu pelaku UKM, pedagang pasar, petani, pertenak dan nelayan di Sumatera Barat. Apalagi setelah gempa. Saya berkeliling, mencari data, berdakwah, bicara di seminar, di Mesjid, memberi konsultasi gratis, berkunjung ke pelosok-pelosok Sumbar. Banyak yang menderita karena tak punya modal usaha. Ketika mereka datang ke bank, mereka dicap non-bankable alias tak memenuhi syarat memperoleh kredit. Tak ada yang menunjukkan jalan. Seolah tak ada yang peduli. Ketika ada sebahagian kecil yang beruntung diterima oleh bank, bunganya selangit. Sungguh menyakitkan.

Saya bertemu muka dengan pengurus asosiasi bordir Pariaman di Ulakan. Lebih dari 600 anggota mereka mengeluhkan mesin bordir mereka hancur, sebagian rumahpun tiada. Di Payobasuang, Payokumbuah, kelompok ibu-ibu yang bersemangat tinggi untuk berusaha, bank tak sudi mampir. Di Pasaman, kredit konsumtif jauh lebih besar daripada kredit untuk pertanian. Di Pasar Solok saya menemukan pedagang pasar yang tak mampu membayar hutang bank karena bunganya > 30%, tokonya disita oleh bank. Bahkan di tengah Kota Padang tercinta, saya menemukan seorang Ibu usaha warung nasi terpaksa membayar bunga ke Rentenir 20% perbulan. Ternyata banyak pemilik warung yang terjerat Rentenir. Tapi, sebagian dari kita sibuk mamparancak diri untuk Pilkada. Subhanallah.

Pedagang pasar tradisional di Sumbar, nasibnya tak putus dirundung malang. Kemanapun kita pergi di Ranah ini. Sebagian tetap hidup walaupun tak pernah "naik kelas". Saya paham persis nasib orang pasar karena saya pernah berdagang beras dan P & D di Pasa Kampuang Jao, Padang. Sampai akhirnya pasar itu terbakar pada bulan Mei 1969, saya kembali bersekolah. (Kalau kawan-kawan ambo di Pasa Kampuang Jao tahun s.d. 1969 nan masih iduik, datanglah ka BI, basilaturahmi awak). Saya jadi penasihat perjuangan urang awak di Pasar Tanah Abang, Jakarta. Lalu bersama Walikota Medan membuat program "Bank Syariah Masuk Pasar". Dan sampai sekarang jabatan yang sangat saya banggakan adalah Ketua Dewan Penasihat Persatuan Pedagang Pasar Tradisional Kota Medan (P3TM). Karena itu, insya Allah, tulisan ini dan program PinjamanKu mengalir dari lubuk hati yang paling dalam. Sungguh saya merasakan karena saya mengalaminya. Dan sungguh, hanya satu niat yaitu saya ingin berbuat nyata di kampung sendiri.

Pendek cerita, sebelum TabunganKu diresmikan oleh presiden SBY, 20 Feb 2010, secara nasional, saya minta izin khusus di Sumbar, di kampungku, untuk memprakarsai program PinjamanKu. Alhamdulillah, PinjamanKu diluncurkan di Padang pada saat bersamaan. Sementara ini, didukung oleh 4 bank yaitu Bank Nagari, Bank BNI, Bank Mandiri, Bank BRI, beberapa BPR, BMT dan LKMA. Saya juga menyurati semua Direksi bank lain agar ikut secara nyata membangun ekonomi rakyat Sumbar. Bunga diturunkan, proses dipermudah. Ada bimbingan, pelatihan dan pendampingan dari Bank Indonesia Padang. Tapi bagi calon peminjam, ini sangat-sangat penting, ada kewajiban yaitu harus paham dan menunaikan prinsip-prinsip ekonomi syariah.

PinjamanKu adalah pinjaman tepat guna dengan ruh ekonomi syariah bagi rakyat yang bersedia berbisnis dengan prinsip-prinsip ekonomi syariah. Kita ikuti jejak Rasulullah. Kita berusaha di jalan Allah agar lebih berkah. Hindari berbohong kepada bank. Kalau minjam untuk beli ruko, ya gunakan uang itu untuk beli ruko. Bukan untuk beli mobil, TV layar lebar atau biaya kawin lagi. Tak berkah itu. Yakinlah.

Calon peminjam PinajamanKu harus memenuhi syarat-syarat syariah: (1) jujur (takut dengan Allah), (2) paham tentang kedudukan hutang dalam agama (ingat Rasulullah pernah menolak untuk menyembahyangkan mayat karena banyak hutang), (3) memiliki usaha yang produktif dan untung dan (4) bersedia berkelompok (saling mendukung) dan (5) bersedia dibina usahanya. Insya Allah, Bank Indonesia Padang menjadi Kumandan lapangannya.

Alasannya pengajuan PinjamanKu di Sumbar ini sangat sederhana. Rakyat Sumbar butuh modal untuk bangkit dari bencana gempa. Bangkit secara ekonomi dalam arti yang sesungguhnya. Bukan di iklan, advertorial atau spanduk dan baliho. Dan kita upayakan secara bersungguh dan tersistem agar Lembaga Keuangan lebih diperankan dalam pembangunan ekonomi Sumbar. Khususnya ekonomi rakyat yang mendukung > 80 % kekuatan ekonomi Sumbar. Rugi sekali rakyat Sumbar ini kalau untuk pembangunan ekonomi, kita hanya bicara APBD. Naif sekali kita, kalau niat jadi pejabat hanya untuk "mangulik-ulik" APBD. Asset perbankan lebih dari 25 triliun di Sumbar, belum lagi dana investor, sekuritas, venture capital, investment banking, urang awak di rantau, IDB dan sejenisnya. APBD Sumbar "hanya" 1,7 triliun. Itupun sebagiah besar untuk gaji pegawai dan biaya operasional pemerintahan. Jadi mari kita gerakkan sumber-sumber dana untuk rakyat. Bukan hanya APBD. Mari kita belajar dari pengalaman Provinsi lain. Gorontalo, misalnya. Seorang Fadel Muhammad mampu mencuatkan ekonomi Gorontalo "hanya" dengan fokus pada usaha jagung.

Sumbar tak harus milih jagung. Ekonomi kita akan berjaya bila kita fokus pada lembaga keuangan dan pendidikan. Karena modal utama Sumbar adalah Kemampuan Dagang. Ameh di Papua, Batu baro di Kaltim, Minyak di Riau, indak sahebaik Kemampuan Dagang di Ranah Minang. Itu kalau dikelola secara bersungguh dan dengan keahlian. Manjadda wajada. Kita memiliki Bank Nagari. Ketika membantu bank milik kita ini atas permintaan pak Hassan Basri Durin tahun 1996, saya dengan pak Suharman, Dirut diwaktu itu, sudah membuat visi yaitu Bank Nagari sebagai bank Urang Minang. Kami buka 3 cabang di Jakarta sebagai upaya awal untuk "manjangkau pitih di rantau". Ketika itu, saya jauh di rantau. Sekarang berada di Padang, dalam 4 bulan telah berhasil mendorong Bank Nagari menjadikan semua cabang Bank Nagari memiliki pelayanan perbankan syariah. Lihat kreativitas syariah Eddy Warman di Payokumbuah, Amrel Arief di Padang. Insya Allah bank milik kita ini akan berkibar di jalur syariah.

Di Sumbar juga ada lagi banyak lembaga keuangan. Ada 25 bank yang kita dorong untuk membiayai ekonomi mikro dan kecil, ada 112 BPR yang sedang kami pacu kualitas dan perannya. Ada 108 BMT, > 90 Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis (LKM-A) dan Koperasi. Lembaga-lembaga ini harusnya mampu memacu ekonomi rakyat. Pendek kata, Ini sebuah kekuatan yang dahsyat untuk memacu pertumbuhan dan kualitas ekonomi rakyat bila dikendalikan oleh ahlinya. Semoga program PinjamanKu ini menjadi awal terbaik yang diridhoi Allah s.w.t. Amin....
Selengkapnya »

Menanti Ekonomi Rasullah

PERAN MEDIA MASSA sangat dibutuhkan untuk sebuah proses sosialisasi. Tak terkecuali untuk mendorong pengembangan Ekonomi dan Perbankan Syariah di Sumbar. Tak akan banyak gaungnya apapun yang kita lakukan tanpa dukungan media massa. Bahkan akan sangat konterproduktif bila kita bersosialisasi sesuatu sedangkan media menulis hal yang berbeda. Medialah yang menabuh gendang, mencipta gaung, dan media juga yang membangun citra.

Tatkala media telah merasa satu dalam cita dan senada dalam irama, insya Allah upaya pengembangan Ekonomi Syariah akan semakin solid. Informasi akan mengalir deras, mengusung sebuah proses edukasi alamiah kepada masyarakat. Menjangkau sampai ke akar rumput. Menyentuh rakyat badarai. Suaranya akan merambat menerobos sekat-sekat sosial dengan gaung resonansi yang sulit untuk diraba namun terasakan. Itulah media massa.

Peranan media tak tergantikan. Ketika kawan-kawan wartawan di Sumbar dengan antusias memuat berita Ekonomi Syariah secara serempak, bahkan ikut belajar ekonomi syariah sampai nun jauh di sana, di Padang Gantiang, menambah keyakinan kita bahwa pengembangan Ekonomi Syariah adalah berada pada jalan yang tepat.

Ketika para kuli tinta yang tergabung dalam Forum Wartawan Ekonomi dan Bisnis (Forum WEB Sumbar) mengadakan pertemuan di Lapau Itiak Lado Hijau di bawah teriknya panas Kota Padang untuk membahas pembentukan usaha berbasis syariah, semakin tumbuh keyakinan kita bahwa Ekonomi Syariah mulai menapak bumi.

Ketika para ulama se-Sumatera yang berkumpul di Mesjid Syech Muhammad Saad, di Mungka, mengundang saya memberikan ceramah tentang Ekonomi Syariah, semakin terasa bahwa kita sudah berada di jalan yang benar.

Walaupun masih dengan persepsi beragam, Ekonomi Syariah mulai menjadi topik pembicaraan menarik bagi masyarakat. Karena dalam sistem ekonomi Syariah, terkandung secercah harapan perbaikan kesejahteraan hidup yang tak kunjung tergapai.

Sekarang tinggal lagi kita menanti partisipasi nyata para pelaku Ekonomi Syariah untuk mendukung semakin semaraknya upaya syiar. Termasuk semakin bersinarnya halaman Forum Ekonomi Syariah ini. Kita menanti partisipasi perbankan syariah, asuransi syariah, lembaga gadai syariah, lembaga ventura dan perusahaan-perusahaan berbasis syariah lainnya mendukung syiar ekonomi Rasulallah ini.

Kita menanti dukungan Pemerintah Daerah terhadap pembumian Ekonomi Syariah di Ranah Minang. Kita menanti (atau bermimpi) bahwa suatu saat nanti ada Pemda di Ranah Minang yang menjadikan ekonomi syariah sebagai basis pembangunan ekonomi daerah. Kita menanti berbagai upaya, kreatifitas dan inovasi dalam rangka membesarkan kue ekonomi syariah.

Kita menanti tulisan, opini, kritikan atau cerita-cerita sukses nasabah yang mengikuti usaha berbasis syariah. Kitapun menanti siapapun untuk berpromosi, membangun citra perusahaan atau lembaga di halaman yang berniat tulus ini. Kita menanti..... Insya Allah.
Selengkapnya »

Terjerat Rentenir : Kisah Nyata Di Ranah Beribu Surau

Siang itu panas menyengat. Kampung tengah mulai menuntut haknya setelah pertemuan dengan ASBOPAR (Asosiasi Bordir Pariaman) di kantor BI Padang. Seperti biasanya kami mencari tempat makan. Biasanya warung-warung ampera. Kami melihat warung nasi kecil dengan tulisan “Itiak Lado Hijau” tertulis di spanduk kecil yang sudah lusuh. Kamipun mampir. Dengan sigap si ibu pemilik warung menyajikan Itiak Lado Hijau, Dendeang Balado, Baluik Goreang Kariang, Jariang Mudo, Ikan Tandeman dan Sayua ala Kapau. Semua nikmat. Dendengnya enak sekali. Mungkin yang paling enak yang pernah saya cicipi di Ranah Minang. Renyah dan gurih. Tapi Itiak Lado Hijaunya, kurang pas. “Kurang Koto Gadang”, komentar saya. Si Ibu agak kaget. Sang suami tersenyum. Agak kecut.

Seperti biasa, saya langsung bertindak sebagai konsultan tanpa bayar. Bersedekah ilmu. Saya tawarkan kepada si Ibu untuk mamparancak raso Itiak Lado Hijaunya. Dia dan suaminya sangat gembira. Pendek cerita, kali ketiga kami datang, Itiak Lado Hijau-nya memiliki rasa yang “mangguncang dunia”. Kamipun menjadi pelanggan tetap. Terakhir, saya bawakan Gulai Kapalo Ikan Sisiak untuk dicontohnya. Si Ibupun mampu membuatnya. Cerdas dan cekatan meman. “ Lamak bana”, ciloteh salah satu anggota Tim Ekonomi Syariah kami.

Karena kami menjadi pengunjung setia, Si Ibu mulai bercerita tentang keluarga, usaha dan bahkan penderitaannya. Warung itu untuk menghidupi 4 anaknya. Tapi ada yang sangat mengejutkan kami. Si Ibu memulai usaha dengan pinjaman dari Rentenir, Rp 30 juta. Setiap bulan dia harus membayar bunga sebanyak 20%. Yaitu Rp. 6 juta. Dia hanya mampu membayar bunga, sedangkan pinjaman pokok tak mampu dicicilnya. Praktis si Ibu tak menikmati untung usaha. Masya Allah. Masya Allah. Masya Allah. Ini terjadi di Ranah Beribu Surau. Untuk bulan terakhir ini si Ibu hanya mampu membayar Rp 4 juta. Sang Rentenirpun murka. Lalu muncul peringatan keras melalui sms:

Aku masih sabar. Sekedar info saja, sebenarnya aku sudah bicarakan dengan polisi. Ini sudah termasuk modus operandi penggelapan pasal 378 KUHP. Tapi lantaran aku masih ingin berbuat baik, aku kasih kesempatan. Kalau tak dibayar akhir minggu ini, aku akan lanjutkan BAPnya. Sekedar tau saja kalau aku lanjutkan, semakin besar biaya yang akan kau keluarkan

Mungkin hanya ada di Ranah Minang, seorang Rentenir mengancam dengan KUHP. Berbicara BAP. Dan mengaku “berbuat baik” dengan memberikan pinjaman 30 juta untuk keuntungan 6 juta perbulan. Dalam 6 bulan saja, sang Rentenir mencapai BEP (Break Even Point), alias pulang pokok. Enak kali rupanya. Inilah sebabnya maka Al-Quran melarangnya. Dengan tegas dinyatakan dalam Al-Quran bahwa nasib Rentenir akan lumpuh di hari tua. Sebagian akan berprilaku seperti orang lupa ingatan.

Si Ibu Itiak Lado Hijau melompat-lompat kegirangan ketika kami tawarkan PinjamanKu dengan bunga hanya 6% pertahun. Total bunga yang harus dibayar dalam setahun hanya Rp. 1.800.000. Matanya berlinang. Syaratnya sederhana. Si calon peminjam harus belajar prinsip-prinsip ekonomi Syariah. (Silahkan baca Forum Ekonomi Syariah di Padeks setiap Jumat). Si Ibu Itiak Lado Hijau menadahkan kedua tangannya sambil melihat ke atap rumbia warungnya. Sang suamipun ikut bahagia dan memeluk istrinya karena terhindar dari kewajiban bunga Rp. 6 juta per bulan. Alhamdulillah.....
Selengkapnya »

Tarimo Kasih ka "Nan Sa-Surau"

80% lebih ekonomi Sumbar ditopang oleh usaha rakyat atau UKM. Tapi justru sektor inilah yang kurang mendapat perhatian. Pelaku UKM, petani, nelayan, dan pedagang pasar kurang beruntung di Ranah Minang. Sungguh malang nasib mereka bila dipandang dari aspek askes pendanaan atau modal usaha. Beberapa tahun terakhir, kredit perbankan untuk sektor ekonomi rakyat ini malah semakin mengecil. Pada tahun 2006 sebesar 56% dan tinggal hanya 27% tahun 2009. Ketika gempa terjadi, sektor usaha rakyat ini pula yang paling menderita. Masya Allah.

Kita tentunya sangat berharap bahwa di ranah ABS-SBK ini perbankan syariah mampu menjangkau usaha rakyat. Karena itulah hakekatnya sistem ekonomi Rasulullah itu. Tapi ternyata masih jauh panggang dari api. Ketika saya mulai bertugas sebagai Pemimpin Bank Indonesia (BI) Padang bulan Agustus 2009, kredit bank syariah hanya Rp800-an milyar. Sangat kecil. Kantor bank syariah hanya ada di 3 kota saja. Padang, Bukittinggi dan Payakumbuh. Mana mungkin orang Minang berbicara tentang ekonomi syariah tanpa perbankan?

Salah satu penyebabnya adalah akibat "salah jua". Bertahun-tahun, perbankan syariah disosialisasikan sebagai bank anti bunga. Ini keliru. Apa lagi bila dilihat dari ilmu marketing. Pertama, penelitian FE-Unand menyatakan bahwa hanya 18,5% urang awak yang mempermasalahkan bunga. Karena rakyat Sumbar sangat rasional. Kedua, sesungguhnya banyak keunggulan lain dari bank syariah. Bukan hanya sekedar anti bunga. Bahkan yang seharusnya dijual di Ranah Minang adalah keunggulan sistem ekonomi syariah. Sistem yang sangat pas untuk Ranah Minang karena ruh dan berbagai prakteknya telah lama tumbuh dalam hidup dan kehidupan urang awak. Ketiga, pemerintah boleh dikatakan tak terlibat dalam mencontohkan ekonomi syariah secara nyata. Kecuali dalam pidato atau baliho.

Banyak sekali contoh-contoh nyata dalam praktek ekonomi dan kehidupan orang Minang yang dilandasi oleh ruh syariah. Saya meyakini Minangkabau itu sendiri adalah syariah. Jadi sangat tepat bila Sumbar dibangun dengan sistem ekonomi syariah disamping sistem konvensional. Melalui Forum Ekonomi Syariah di Harian Padang Ekpres diniatkan untuk mensosialisasikan sistem perekonomian Rasulullah itu. Insya Allah Forum ini akan terbit setiap hari Jumat.

Terima kasih kepada kawan-kawan"nan sasurau". Satu visi untuk membumikan ekonomi syariah di Ranah Minang yang bersedia mendukung Forum ini. Sampai saat ini alhamdulillah ada Prof. DR. Musliar Kasim; Prof. DR.Sirajuddin Zar; Prof. DR. H. Z. Mawardi Effendi, M.Pd; Prof. DR. Salmadanis, MA; Drs. H. Herman Nawas; Prof. DR. Amiur Nurudin, MA; Prof. DR. H. Makmur Syarief, SH, M.Ag; Prof. DR. H. Duski Samad, M.Ag; DR. Syafruddin Karimi; Buya Masoed Abidin; Buya Gusrizal Gazahar, Lc (MUI), H. Julius Said (Dewan Mesjid) dan kawan-kawan dari bank syariah, BPR, BMT dan LKMA serta kawan-kawan saya sesama dosen di IAIN Imam Bonjol. Kita berharap tim ini akan semakin berkembang. Saudaraku yang berminat untuk kegiatan sa-surau ini bisa menghubungi email: forum.ekonomi.syariah@gmail.com. Sungguh banyak yang bisa kerjakan untuk negeri ini.

Untuk itu, kita tentunya sangat patut berterima kasih kepada Padang Ekspres dan khususnya kepada sahabatku, Sutan Zaili Asri, yang menawarkan satu halaman koran ini sebagai media sosialisasi sistem ekonomi syariah. Semoga sejarah akan mencatat bahwa Padang Ekspres menjadi bagian penting dari upaya membumikan ekonomi syariah di Ranah Minang. Terima kasih Sutan Zaili. Terima kasih Padang Ekspres. Terima kasih kawan-kawan Nan Sa-Surau.

DR. Romeo Rissal Pandjialam
Pemimpin Bank Indonesia Padang
Petugas Lapangan Ekonomi Syariah
Selengkapnya »