Sebagian dari wajah para bankir kekasih Azza Wajalla ini makin terperanjat ketika saya menyatakan data kinerja tersebut akan saya laporkan kepada Gubernur Sumbar yang baru. “Kita akan undang Gubernur buka bersama hari Kamis besok dan saya akan laporkan apakah ada kinerja perbankan syariah atau hanya ‘antimun bungkuak’ dalam tatanan ekonomi Ranah Minang”, saya berkata dengan wajah bersungguh dengan nada suara agak meninggi.
Lumrah, ada dua reaksi. Bankir yang berprestasi tinggi, sumringah, yang kurang, terperangah. Karena kinerja dalam menjangkau rakyat, bukti pembiayaan usaha ummat, angka-angka pembiayaan ekonomi rakyat badarai adalah ukuran utama perbankan syariah. Tidak seperti perbankan konvensional yang sudah bisa berbangga ketika berhasil mengumpulkan dana rakyat (funding), bank syariah baru akan berbangga bila sudah mampu meningkatkan kemaslahatan ummat.
Saya mulai berdakwah. Para manajer bank syariah itu menjadi pendengar yang baik. Saya mulai dengan Fiqih Romeo Rissal Pandjialam. Tidak terlalu canggih, tapi cukup untuk membuat mereka merenung dan juga menyemangati para bankir itu untuk lebih memacu prestasi. Lebih memacu upaya menjangkau rakyat badarai, membiayai usaha-usaha kecil dan sejenisnya. Lalu ceramah saya berlanjut dengan ajakan. Ajakan untuk bersama-sama membangun usaha rakyat. Hanya dengan kebersamaan kita bisa mengembangkan sistem ekonomi syariah di Sumbar. Pencermatan saya selama satu tahun adalah bahwa ada jarak antara Pemda dengan Bank. Hal ini diakui oleh Bapak Gamawan Fauzi ketika saya pertama kali berkunjung ke kediaman beliau tahun lalu.
Saya melanjutkan dakwah. “Ya , ini era baru dengan Gubernur baru. Saya meyakini Gubernur baru ini sangat paham akan pentingnya membangun ekonomi berbasis syariah. Insya Allah beliau bersedia menjadi Panutan perjuangan menuju ekonomi Ranah Minang berbasiskan prinsip-prinsip syariah. Beliau sasurau dengan kita”, demikian saya semakin berceloteh dengan keyakinan bahwa ekonomi syariah akan berkibar. Agak sedikit sok tahu memang, karena ciloteh yang terakhir ini tak lain hanya berdasarkan feeling. Feeling yang tiba-tiba muncul ketika saya bersalaman dengan Profesor asli Kuranji itu untuk pertama kali ketika kebetulan bertemu di BIM. Entah kenapa, timbul sebuah keyakinan. Muncul sebuah bayangan bahwa ruh ekonomi syariah akan lebih menggeliat di Ranah yang saya yakini adat istiadat serta kehidupannya sudah bersandi syariah ini sedari dulu.
Hari berikutnya masing-masing Branch Manager bank syariah menyampaikan laporan. Kinerja satu tahun. Subhanallah. Luar biasa. Seorang Pandjialam bergumam. “Terbukti, Ranah Minang adalah lahan sangat subur untuk bank syariah”. Selama ini mungkin yang kurang adalah kebersungguhan saja. Buktinya, dalam waktu yang relatif pendek, bila kita bersungguh, ternyata pertumbuhan perbankan syariah sangat mengagumkan. Saya bahkan sempat melamun jauh ke depan. Timbul keyakinan yang lebih mendalam bahwa bila kita bersungguh, berbagai anggapan miring bahwa bank syariah sulit tumbuh di Ranah Minang, tertepis dengan sendirinya. Bayangkan dalam hanya 12 bulan, Juli 2009 sampai Juli 2010, prestasi bank syariah melejit. Mulai dari Asset melejit sampai 63,09%, DPK naik sampai 50,87%, pembiayaan juga mencapai 50,49% dan bahkan jumlah kantor sudah tidak hanya di tiga kota, Padang, Bukittinggi dan Payakumbuh. Bank syariah sudah masuk ke kabupaten. Pertumbuhan yang cukup fenomenal. Alhamdulillah, sekali lagi, Ranah Minang terbukti sebagai lahan sangat subur untuk perbankan syariah.
Saudaraku. Pendek kata, harusnya tak ada lagi keraguan akan sistem ekonomi Rasulullah ini. Sebesar biji bayampun. Tak ada lagi komentar-komentar miring tentang perbankan syariah. Cermati dan renungkanlah angka-angka di atas. Inipun baru hanya langkah awal. Harusnya, tak ada lagi tanda tanya tentang keagungan konsep perbankan yang niatnya tak lain untuk kemaslahatan ummat. Perbankan syariah bukanlah bisnis korporasi yang berjiwa kapitalis yang hanya mengumpulkan kekayaan, bukan juga ekonomi yang neolib. Ia hadir untuk menjangkau rakyat badarai. Tinggal lagi di Ranah ABS-SBK ini, perbankan syariah masih mencari Panutan. Ekonomi syariah mencari Panglima yang akan berjalan di depan menunjukkan jalan. Panglima yang ditinggikan seranting dan didahulukan selangkah, menunjukkan arah. Saya mengimani bahwa suatu saat Ranah Minang akan menjadi percontohan penerapan ekonomi syariah. Insya Allah.