14 Mei 2010

Mahasiswa, Wirausaha dan Syariah

Terkadang sebagai orang BI saya merasa “geli”. Saya ini bankir atau al-Ustadz. Atau Da’i tanpa ijazah dan tanpa sorban. Saya diundang keliling dari satu kampus ke kampus yang lain, dari satu kampung ke kampung yang lain. Untuk beri ceramah. Dari mesjid ke surau-surau. Dari satu pasar ke pasar lain. Topik utamanyanya adalah kewirausahaan dan ekonomi syariah. Mulai dari IAIN, Unand, UNP, UPI, Bung Hatta, STAIN dll. Bahkan Himpunan Haji, Perkumpulan Tionghoa di Pondok, jamaah Islam Kaffah bimbingan Prof. Dr. Salmadanis, pasar tradisional, para ulama yang berkumpul di Mungka ingin tahu tentang ekonomi syariah. Belum lagi berbagai Lembaga Keuangan Mikro. Sehingga menjadi “ustadz” ekonomi syariah menjadi pekerjaan utama yang sangat saya nikmati. Selain Pemimpin Bank Indonesia, tentunya. Alhamdulillah, ada sedikit manfaat diri ini pulang ke kampung halaman.

Yang sangat menyenangkan adalah ada semangat besar yang terkandung di dalamnya. Luar biasa. Orang Minang sangat berbeda dengan kondisi ketika saya meninggalkan Taluak Bayua 35 tahun lalu. Sekarang kewirausahaan mejadi bidang yang semakin digandrungi anak-anak muda. Ada sarjana (S2) menggeluti usaha ikan lele, istri mantan pejabat yang memproduksi kue-kue basah, PNS yang membangun restoran. Ya semua ingin belajar bagaimana membangun usaha, apa yang bisa dimanfaatkan dari ekonomi Rasulullah. Banyak juga mahasiswa yang berminat menjadi entrepreneur.

Saya bentuk Tim Usaha Mikro dan Tim Bank Syariah di BI Padang. Kantor saya dikunjungi banyak orang yang berminat membangun usaha berbasis syariah. Mulai dari tukang jagung bakar, petani lele, pedagang “Kentucky” Fried Chicken kaki lima sampai kepada anggota HIPMI, Kadin dan berbagai asosiasi profesional lainnya. Sangat menggembirkan bahwa orang Minang semakin mengikuti jejak Rasulullah.

Mungkin ini adalah jawaban terbaik untuk pesoalan ekonomi Ranah yang rata-rata air ini. Jujur, saya tidak melihat perbedaan yang berarti dari perekonomian Sumbar dari era-era sebelumnya. Ini fakta yang tak terbantahkan.. Profil Ekonomi Sumbar lebih banyak sebagai hasil pencitraan dari pada kondisi riil di lapangan. Hasil iklan di berbagai media massa bahwa daerah tertentu maju ekonominya. Tapi faktanya pertumbuhan ekonomi kita tertinggal dibanding hampir semua propinsi tetangga di Sumatra.

Munculnya minat untuk berwirausaha dan belajar ekonomi syariah dikalangan mahasiswa sungguh membesarkan hati. Inilah salah satu kunci untuk mencuatkan kinerja ekonomi Sumbar. Mengejar ketertinggalan. Adanya wirausahawan dengan pendidikan (educated entrepreneurs). Komunitas yang memiliki potensi bukan hanya untuk meningkatkan produktivitas bisnis konvensional tapi juga masuk ke bidang usaha baru bahkan ke industri kreatif. Kita berharap para mahasiswa semakin tertarik untuk masuk ke dunia bisnis, bukan hanya dunia PNS.

Untuk kemajuan ekonomi Sumbar, kita berharap akan mucul perguruan tinggi yang membangun minat dan kemampuan mahasiswa berwiraswasta secara tersistem. Kita berharap agar kampus dijadikan kawah candra dimuka bagi para mahasiswa. Semoga muncul Campus Market. Dan perbankan serta dunia bisnis dijadikan sebagai partner. Dengan kata lain, Kampus, Perbankan dan Usaha rakyat menjadi tali tigo sapilin. Semoga!

0 komentar:

Posting Komentar

Apa komentar Anda mengenai tulisan di atas?