19 Maret 2010

Tarimo Kasih ka "Nan Sa-Surau"

80% lebih ekonomi Sumbar ditopang oleh usaha rakyat atau UKM. Tapi justru sektor inilah yang kurang mendapat perhatian. Pelaku UKM, petani, nelayan, dan pedagang pasar kurang beruntung di Ranah Minang. Sungguh malang nasib mereka bila dipandang dari aspek askes pendanaan atau modal usaha. Beberapa tahun terakhir, kredit perbankan untuk sektor ekonomi rakyat ini malah semakin mengecil. Pada tahun 2006 sebesar 56% dan tinggal hanya 27% tahun 2009. Ketika gempa terjadi, sektor usaha rakyat ini pula yang paling menderita. Masya Allah.

Kita tentunya sangat berharap bahwa di ranah ABS-SBK ini perbankan syariah mampu menjangkau usaha rakyat. Karena itulah hakekatnya sistem ekonomi Rasulullah itu. Tapi ternyata masih jauh panggang dari api. Ketika saya mulai bertugas sebagai Pemimpin Bank Indonesia (BI) Padang bulan Agustus 2009, kredit bank syariah hanya Rp800-an milyar. Sangat kecil. Kantor bank syariah hanya ada di 3 kota saja. Padang, Bukittinggi dan Payakumbuh. Mana mungkin orang Minang berbicara tentang ekonomi syariah tanpa perbankan?

Salah satu penyebabnya adalah akibat "salah jua". Bertahun-tahun, perbankan syariah disosialisasikan sebagai bank anti bunga. Ini keliru. Apa lagi bila dilihat dari ilmu marketing. Pertama, penelitian FE-Unand menyatakan bahwa hanya 18,5% urang awak yang mempermasalahkan bunga. Karena rakyat Sumbar sangat rasional. Kedua, sesungguhnya banyak keunggulan lain dari bank syariah. Bukan hanya sekedar anti bunga. Bahkan yang seharusnya dijual di Ranah Minang adalah keunggulan sistem ekonomi syariah. Sistem yang sangat pas untuk Ranah Minang karena ruh dan berbagai prakteknya telah lama tumbuh dalam hidup dan kehidupan urang awak. Ketiga, pemerintah boleh dikatakan tak terlibat dalam mencontohkan ekonomi syariah secara nyata. Kecuali dalam pidato atau baliho.

Banyak sekali contoh-contoh nyata dalam praktek ekonomi dan kehidupan orang Minang yang dilandasi oleh ruh syariah. Saya meyakini Minangkabau itu sendiri adalah syariah. Jadi sangat tepat bila Sumbar dibangun dengan sistem ekonomi syariah disamping sistem konvensional. Melalui Forum Ekonomi Syariah di Harian Padang Ekpres diniatkan untuk mensosialisasikan sistem perekonomian Rasulullah itu. Insya Allah Forum ini akan terbit setiap hari Jumat.

Terima kasih kepada kawan-kawan"nan sasurau". Satu visi untuk membumikan ekonomi syariah di Ranah Minang yang bersedia mendukung Forum ini. Sampai saat ini alhamdulillah ada Prof. DR. Musliar Kasim; Prof. DR.Sirajuddin Zar; Prof. DR. H. Z. Mawardi Effendi, M.Pd; Prof. DR. Salmadanis, MA; Drs. H. Herman Nawas; Prof. DR. Amiur Nurudin, MA; Prof. DR. H. Makmur Syarief, SH, M.Ag; Prof. DR. H. Duski Samad, M.Ag; DR. Syafruddin Karimi; Buya Masoed Abidin; Buya Gusrizal Gazahar, Lc (MUI), H. Julius Said (Dewan Mesjid) dan kawan-kawan dari bank syariah, BPR, BMT dan LKMA serta kawan-kawan saya sesama dosen di IAIN Imam Bonjol. Kita berharap tim ini akan semakin berkembang. Saudaraku yang berminat untuk kegiatan sa-surau ini bisa menghubungi email: forum.ekonomi.syariah@gmail.com. Sungguh banyak yang bisa kerjakan untuk negeri ini.

Untuk itu, kita tentunya sangat patut berterima kasih kepada Padang Ekspres dan khususnya kepada sahabatku, Sutan Zaili Asri, yang menawarkan satu halaman koran ini sebagai media sosialisasi sistem ekonomi syariah. Semoga sejarah akan mencatat bahwa Padang Ekspres menjadi bagian penting dari upaya membumikan ekonomi syariah di Ranah Minang. Terima kasih Sutan Zaili. Terima kasih Padang Ekspres. Terima kasih kawan-kawan Nan Sa-Surau.

DR. Romeo Rissal Pandjialam
Pemimpin Bank Indonesia Padang
Petugas Lapangan Ekonomi Syariah

0 komentar:

Posting Komentar

Apa komentar Anda mengenai tulisan di atas?